Just forwarded... .. dari milis tetangga.
Semoga dapat mengambil hikmahnya ..., Luar biassa .......!!!
Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun
menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario
tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.
Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia
cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang
kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat
sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia
pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak
pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan
hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua,
bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan
berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang
terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main
dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat
pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.
Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan
kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek
sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya,
dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena
sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang
perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha,
temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak
pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya
bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara,
seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan
dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin
serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah
dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang
akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang
mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu
dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis
pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam
sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan
mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan
komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada
pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih
dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah
kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa
dengan suara riangnya,
" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ?
tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya, "
lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja
sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah
melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang
itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah
sedetikpun !
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya
membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit
dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih
sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat
dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang
kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit
ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha
begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan
membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton.
kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati
bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak
dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka,
hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun,
rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil
membuka password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante
Meisha ?"
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang
mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti
ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan
aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.
Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah
aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku
memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku
tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika
konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku
tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari
untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku
menikahinya.
Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta
untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2
beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya.
Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun
tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau
sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang
komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa,
asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala
yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan
tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu.
Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau
mengerti, you are the only one in my heart.
yours,
Mario
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun
baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan
menyayangiku.
Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku.
Dia mencintai perempuan lain.
Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan
diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan
untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku
mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan
motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku
tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju.
Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku
malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata
dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga
seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa
dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak
menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk
dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia.
Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak
tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu.
Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu
mencintainya.
**********
Setahun kemudian…
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu
masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
" Mario, suamiku….
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku
pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku
begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku
ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif
ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan
tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan
menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan
banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku
sehingga mau melakukan apa saja untukku…..
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat
sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari
seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, "
kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah
memilihmu menjadi istriku ?"
Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan
sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau
tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan
cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.
Istrimu,
Rima"
Di surat yang lain,
"………Kehadiran perempuan itu
membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat,
namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku,
seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola
matamu saat memandang Meisha……"
Disurat yang kesekian,
"…….Aku bersumpah, akan membuatmu
jatuh cinta padaku.
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku
tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan
berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang
engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka
bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan
aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang
ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau
aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah
sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu
bermasalah…….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari
matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya…….."
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata
indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini…
"…………..Hari ini
adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak
pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku
akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya
dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya
deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat
sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti
baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita
pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar
kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu
?………"
Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku
melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya
kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama
seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku,
tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan,
Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan
kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar,
Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……"
Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil
untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario
mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda,
dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia
pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya.
Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai
bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau
sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan
membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor
kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan
jiwaku….
Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk
disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah
terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang,
ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.
Jakarta ,
7 Januari 2009 (dedicated to my friend....may you rest in
peace...)
No comments:
Post a Comment