Sunday, February 10, 2013

Meningkatkan Penyebaran Tenaga Medik, Pendidik Dan Pakar Iptek Ke Daerah Guna Menyiapkan SDM Berbasis Iptek Dalam Rangka Ketahanan Nasional



1.         Judul                :     MENINGKATKAN PENYEBARAN TENAGA MEDIK, PENDIDIK DAN PAKAR IPTEK KE DAERAH GUNA MENYIAPKAN SDM BERBASIS IPTEK DALAM RANGKA KETAHANAN NASIONAL


2.         Kata Kunci      :       
a.         KK - I  :     Meningkatkan Penyebaran Tenaga Medik, Pendidik dan Pakar Iptek ke Daerah
b.         KK - II     :     Menyiapkan SDM Berbasis Iptek
c.         KK - III    :     Ketahanan Nasional

3.         Pokok Permasalahan.
Bagaimana meningkatkan penyebaran tenaga medik, pendidik dan pakar iptek ke daerah dihadapkan dengan lingkungan strategis yang mempengaruhi dan berkembang saat ini guna menyiapkan SDM berbasis Iptek dalam rangka ketahanan nasional ?

4.         Pokok-pokok Persoalan.

a.   Penyebaran Tenaga Medik, Pendidik dan Pakar Iptek belum merata di setiap daerah.
Menurut Sensus Penduduk 2000, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 205.1 juta jiwa, menempatkan Indonesia sebagai negara ke-empat terbesar setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Sekitar 121 juta atau 60.1 persen di antaranya tinggal di pulau Jawa, pulau yang paling padat penduduknya dengan tingkat kepadatan 103 jiwa per kilometer per segi. Penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan sekitar 234.2 juta.[1]
Dengan jumlah penduduk sebesar itu dan tingkat kepadatan yang penduduk tidak merata menyebabkan kondisi ekonomi sosial masyarakat di tiap daerah berbeda-beda, baik yang menyangkut kesehatan, pendidikan ataupun dalam hal penguasaan iptek. Dalam bidang pendidikan, dapat kita sebutkan Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi miskin memiliki pendidikan rendah dengan persentase kelulusan Ujian Nasional 0% [2]. Oleh karenanya untuk mengatasi masalah ini pemerintah telah melaksanakan program penyebaran tenaga medik, pendidik dan pakar iptek ke setiap daerah.
Dalam praktik, ternyata penyebaran tenaga medik, pendidik dan pakar iptek tersebut ternyata belum merata di setiap propinsi dikarenakan jumlah tenaga yang masih terbatas dan pemerintah belum mengetahui pasti kebutuhan masing-masing daerah. Bila kondisi ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kesenjangan antar-tingkat sosial ekonomi masyarakat, kesenjangan antarwilayah, dan rendahnya status kesehatan, pendidikan dan penguasan iptek masyarakat daerah.[3]

b.   Keengganan para Tenaga Medik, Pendidik dan Pakar Iptek untuk ditempatkan di daerah terpencil.

Minimnya tenaga medik, pendidik dan pakar iptek khususnya di daerah-daerah terpencil salah satu alasannya disebabkan keengganan mereka untuk ditugaskan di daerah tersebut. Alasan yang melatarbelakanginya adalah karena sulitnya sarana transportasi, kurangnya perhatian dari pemerintah, penghasilan yang minim sebagai dampak daya beli masyarakat yang rendah, kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat sekitar karena tidak semua masyarakat bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Selain itu, kekurangan Tenaga Medik, Pendidik dan Pakar Iptek juga disebabkan mekanisme perekrutan yang berbelit-belit. Paradoks memang di satu sisi pemerintah kekurangan tenaga, di sisi lain orang yang ingin melamar menjadi tenaga tersebut susah. Seyogianya kementerian terkait melakukan manajemen perekrutan yang lebih baik lagi agar tidak sulit mencari orang yang mau ditempatkan di daerah-daerah. [4]

c.    Keteguhan sebagian masyarakat berpegang pada pola hidup tradisional.
Bangsa Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang kental dengan budaya dan tradisinya. Seiring dengan globalisasi dan kemajuan teknologi, pola hidup tradisionalpun masih dijalankan sampai saat ini oleh sebagian masyarakat. Walaupun modernisasi telah merambah di berbagai bidang, namun mereka seakan menampik perubahan itu.
Sebagai contoh, dalam bidang kesehatan masih ada sebagian masyarakat yang memilih untuk berobat ke dukun dan meminum jamu untuk penyembuhan daripada berobat ke dokter dan meminum obat. Dan di dalam bidang teknologi, masih ada sebagian masyarakat yang sama sekali tidak menggunakan alat elektronik dan alat modern lainnya, seperti masyarakat badui di pedalaman banten.
Di dalam bidang pendidikan, berdasarkan data BPS warga buta aksara mencapai 18,1 juta orang & sekitar 4,35 juta diantaranya tergolong usia produktif (15-44 tahun). Di atas 44 tahun terdapat 13,4 juta orang, sebanyak 70% adalah perempuan.[5] Kondisi ini disebabkan karena masih terbentuk di pola pikir sebagian masyarakat bahwa sekolah itu tidak penting dan perempuan tidak boleh sekolah tinggi-tinggi karena nanti akhirnya akan ke “dapur” juga.

5.         Pokok-pokok Pemecahan Persoalan.
a.   Kebijakan.
Terwujudnya peningkatkan penyebaran tenaga medik, pendidik dan pakar iptek ke daerah melalui / dengan cara melakukan penyebaran tenaga medik, pendidik dan pakar iptek secara adil dan merata ke tiap daerah,  memberikan stimulus dan motivasi kepada para tenaga medik, pendidik dan pakar iptek, dan menanamkan pemahaman pola hidup modern kepada masyarakat guna menyiapkan SDM berbasis Iptek dalam rangka ketahanan nasional.

b.   Strategi.

1)   Strategi-1.    
Melakukan penyebaran tenaga medik, pendidik dan pakar iptek secara adil dan merata ke tiap daerah.

2)   Strategi-2.
Memberikan stimulus dan motivasi kepada para tenaga medik, pendidik dan pakar iptek agar mau bertugas di daerah terpencil.

3)   Strategi-3.
Menanamkan pemahaman pola hidup modern kepada masyarakat.
.
6.         Upaya.

a.    Upaya untuk strategi-1
Melakukan penyebaran tenaga medik, pendidik dan pakar iptek secara adil dan merata ke tiap daerah :
1)   Menganalisa kebutuhan masing-masing daerah atas tenaga tersebut dengan cara melakukan survei ke daerah.
2)  Melaksanakan program rekrutmen untuk tenaga medik, pendidik dan pakar iptek agar masalah keterbatasan atas tenaga tersebut dapat teratasi.
3)  Meningkatkan anggaran untuk program penyebaran tenaga medik, pendidik dan pakar iptek agar dapat menjangkau semua daerah.

b.    Upaya untuk strategi-2
Memberikan stimulus dan motivasi kepada para tenaga medik, pendidik dan pakar iptek agar mau bertugas di daerah terpencil :
1)  Pemberian insentif kepada para tenaga medik, pendidik dan pakar iptek yang bersedia bertugas di daerah terpencil
2)   Pemberian sarana transportasi berupa kendaraan dinas kepada tenaga tersebut agar dapat menjangkau daerah penugasan dengan mudah.
3)  Memberikan perhatian lebih dan menjanjikan promosi / kenaikan pangkat kepada tenaga medik, pendidik, dan pakar iptek yang melakukan tugas dengan baik di daerah tersebut.

c. Upaya untuk strategi-3
Menanamkan pemahaman pola hidup modern kepada masyarakat :
1) Melaksanakan sosialisasi dan menanamkan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat secara modern.
2)   Pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak. 
3) Pemerintah menanamkan pemahaman kepada masyarakat, keuntungan dan kelebihan penggunaan alat berbasis teknologi, seperti konversi minyak tanah ke gas.



[2] Emil Salim, Makalah Kependudukan, Iptek Dan Pembangunan, Lemhannas, 2 Juli 2010, hlm. 12
[4] pk-sejahtera.org/v2/main.php?op=isi&id=1303
[5] Tb Sjafri Mangkuprawira, Makalah Pembangunan Kualitas Penduduk Dalam Rangka Mendukung Penguasaan Iptek, Lemhannas RI, 2 Juli 2010, hlm. 25

DAFTAR PUSTAKA


Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pokja Bid. Demografi Lemhannas RI, Term Of Reference (TOR) Untuk Menyusun Kertas Karya Kelompok (KKK), Lemhannas RI, Jakarta, 2010
Emil Salim, Makalah Kependudukan, Iptek Dan Pembangunan, Lemhannas, 2 Juli 2010
Tb Sjafri Mangkuprawira, Makalah Pembangunan Kualitas Penduduk Dalam Rangka Mendukung Penguasaan Iptek, Lemhannas RI, 2 Juli 2010
kepri-dev.bps.go.id/in/sensus-penduduk-2010/162-sensus-penduduk-2010
www.bernardsimamora.info/?p=3379.
pk-sejahtera.org/v2/main.php?op=isi&id=1303

 
Sumber : KKA DK-11 Demografi PPRA Lemhannas 2010 Oleh Cicut Sutiarso, 6 Juli 2010

No comments:

Post a Comment